Jumat, 07 Maret 2014

Sejarah Singkat

           Lahir di Tarutung pada tanggal 30 January 1928, karena pekerjaan dari Ompung kami (pernah menjabat sebagai Hoofd School Opziner untuk wilayah Sumatra) dan lain hal,  ibu  menghabiskan masa kanak kanak , remaja hingga dewasa di Tarutung, Bukit Tinggi,  Padang Sidempuan dan  Jakarta.  Beliau meninggalkan  pendidikan sampai dengan SMA kelas 2 jurusan IPA di Jakarta.

          Pertama kali bertemu dengan ayah di rumah sakit di Tarutung tahun 1943, saat itu ibu adalah anggota PMI yang sedang bertugas merawat tentara pelajar yang luka akibat perang, sementara ayah adalah anggota tentara pelajar yang sedang sakit. Beberapa tahun  kemudian bertemu kembali dan mulai membina hubungan berlanjut hingga ke Jakarta dan akhirnya menikah pada tahun 1951.   Dua tahun pertama kehidupan perkawinannya Ibu lah yang menjadi tulang punggung keluarga bekerja kantoran,  karena ayah mengidap penyakit yang menyebabkan beliau harus sering berbaring.  Karena penyakitnya, ayah hanya sanggup pergi kuliah.  Ibu berhenti bekerja sesudah melahirkan anak ke dua pada saat itu ayah sudah lulus Sarjana  Ekonomi Akuntansi di Universitas Indonesia. Ayah tidak kunjung pulih, sehingga beliau hanya sanggup bekerja sebagai asisten dosen paruh waktu.  Untuk membantu ekonomi keluarga ibu menjual hasil jahitan taplak atau sarung bantal.  Di tengah kesulitan ekonomi itu orang tua kami juga harus kehilangan anak nya yang  ke dua, saudara kami yaitu Adheny Al Karun. Sebagai asisten dosen  ayah mendapat program bea siswa, tepat dua minggu setelah kelahiran anak ke 5  ayah  pergi belajar ke Amerika untuk mengambil gelar masternya di University of Illinois, USA selama kurang lebih 3 tahun.   Masa 3 tahun  itu adalah masa yang paling bersejarah untuk keluarga kami, karena  tiga dari enam bersaudara ini sudah besar dan sudah mampu mengingat betapa susahnya kehidupan pada saat itu, tapi ditengah kesusahan itu selalu ada  terselip cerita lucu dan gembiranya kami sebagai anak anak. Dalam menghadapi masa masa sulitnya kehidupan, keluarga kami tidak pernah sendirian, dukungan sering datang baik secara moril maupun materi, terutama dari Kel. Inangtua O. E.  Panjaitan br. Nasution dan Kel. Uda Sahala M. L. Tobing/SS br.  Nasution.
Kesehatan ayah akhirnya pulih setelah kembali dari  Amerika. Ayah sudah bisa mengambil alih penuh posisinya menjadi tulang punggung keluarga dan Ibu kami sibuk mengurus anak-anak dan mendukung  ayah. Setelah semua anak – anak besar Ibu lebih sering mendampingi ayah dinas, baik keluar kota maupun keluar negri. Pada masa itu banyak cerita sukses dan gembira menghiasi keluarga kami. Melalui sepak terjang Ibu, kami mengerti makna sesungguhnya dari ungkapan “Behind a great man there’s always a great woman”
Ayah tidak berumur panjang pada tanggal 10 September 1987 beliau pergi meninggalkan kami selamanya. Sepeninggal ayah,  ibu selalu sibuk sibuk sibuk dan sibuk  seputar kegiatan keluarga, berkebun, traveling  dan gereja (Pernah menjabat bendahara gereja  GKPA resort Diponegoro Jakarta sejak thn 1975 sampai thn 2006) ,  tidak ada kata capek dalam kamusnya dan tidak ada sakit dalam sejarah  hidupnya hingga saat ini beliau berumur 85 tahun tetap sehat.   Cerita indah ibu  terus  berlanjut dengan bertambah nya kehadiran cucu cucu hingga berjumlah 13 orang. Sampai sekarang cerita kelulusan sekolah dan kemajuan karier pekerjaan cucu cucunya lah yang paling membanggakan hati ibu kami.

Itulah ibu  dengan kesederhanaannya  dan dedikasinya yang tinggi sebagai istri yang bijaksana untuk ayah, ibu yang sesungguhnya bagi kami anak  anaknya dan ompung yang tangguh buat cucu cucunya  beliau mendampingi kami anak-anak dan cucu-cucunya sampai pada saat ini.
Terimakasih Mama, God Bless You.
Tidak ada kata di dunia ini yang dapat melukiskan betapa kami bersyukur kepada Tuhan karena telah mengutus mama menjadi malaikat di hidup kami.


The more you praise and celebrate your life, the more there is in life to celebrate


Oleh : Miranda & Lellyane 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar